Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Paguyuban Jawa Ramaikan Karnaval Budaya Sambut HUT ke - 26 Kabupaten Buru

Minggu, 12 Oktober 2025 | 9:23:00 PM WIB | Last Updated 2025-10-14T23:39:06Z

 

Kabupaten Buru, MEDIAINDONESIA.asia - Paguyuban Jawa yang berdomisili di Kabupaten Buru Maluku turut ambil bagian ramaikan Karnaval  budaya menyambut Hari Ulang Tahun ( HUT ) ke - 26 Kabupaten Buru yang diperingati tanggal 12 Oktober 2025

Acara dihadiri  oleh anggota DPR -  RI Dapil Maluku, Sa'dia Uluputty, Bupati dan Wakil Bupati Buru Forkopimda, 30 paguyuban Budaya dan 10 kecamatan turut ambil bagian dalam acara tersebut

Paguyuban ini senantiasa menjaga kelestarian seni budaya Jawa sebagai sebuah warisan dari para leluhur. 

Paguyuban Jawa Yang ikut Karnaval Budaya berjumlah 300 orang, sedangkan jumlah warga Jawa di Kabupaten Buru kurang lebih 38 ribu orang.

Hal itu disampaikan oleh ketua Paguyuban Jawa Agus Supriyanto di Namlea, Kabupaten Buru Maluku, Minggu, 12/10/2025

Agus jelaskan, paguyuban Jawa ini dalam melakukan aktivitas senantiasa bersinergi dengan pemerintah daerah dan turut serta mendukung program program pemerintah daerah ,

Organisasi ini  mempunyai kepribadian mengangkat derajat dari para anggota  dengan cara  mendukung dan menunjang kebutuhan anggota sesuai dengan bakat dan skill  masing - masing 

Irawati, salah satu anggota Paguyuban menjelaskan, tampilan seni yang dipersembahkan saat karnaval budaya yakni,  purno kawan sebagai simbol tanah Jawa dan bantengan, merupakan salah satu kesenian khas Jawa Timur dan atraksi lainnya.

Seni Purno Kawan  terkait dengan seni tradisional wayang Jawa yang menampilkan tokoh-tokoh Punakawan. Punakawan adalah empat tokoh penasihat dan pengikut kesatria dalam wayang Jawa, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka bukan hanya penghibur dengan sifat lucu dan unik, tetapi juga berperan sebagai penasihat yang bijaksana, kritikus sosial, dan penyampai nilai kebaikan dalam cerita.

Tokoh-tokoh Punakawan ini hanya ada dalam pewayangan Jawa dan menggambarkan teman atau sahabat yang membawa kebaikan dan pencerahan kepada tokoh utama. Seni punakawan ini memiliki makna budaya dan filosofis yang dalam bagi masyarakat Jawa dan menjadi bagian penting dari seni pertunjukan wayang.

Berbeda dengan Seni Bantengan, 
Seni Bantengan adalah tarian tradisional Jawa yang meniru hewan banteng dan merupakan bagian dari warisan budaya Jawa Timur, khususnya berkembang di Mojokerto, Malang, dan Batu

 Kesenian ini memiliki makna simbolis yang mendalam, sering dikaitkan dengan upaya tolak bala dan simbol kekuatan serta keberanian, biasanya dipentaskan dalam bentuk pertunjukan yang disebut "gebyak

Terlepas dari sedikit penjelasan seni Purno kawan dan bantengan yang ditampilkan sepanjang jalan yang dilalui peserta karnaval budaya. 

Paguyuban Jawa juga menyediakan stand. Pada HUT Kabupaten tahun ini
diadakan makan Patita

"Makan Patita" adalah tradisi makan bersama yang berasal dari Maluku. Secara harfiah, "makan" berarti makan, sedangkan "patita" berkaitan dengan jamuan makan bersama yang memiliki arti filosofi mendalam, yaitu sebagai bentuk ikatan tali persaudaraan, penghormatan, dan penghargaan kepada orang tua atau paman. Tradisi ini bukan hanya sekadar makan bersama, tetapi juga sarat makna nilai-nilai sosial dan kebersamaan seperti hidup berdampingan dalam perdamaian, cinta kasih, dan saling berbagi

Seperti Stand - stand lain yang tegak berdiri di lapangan Pattimura Namlea
Paguyuban Jawa juga turut ambil bagian.
Di stand paguyuban,  disediakan menu yang telah tertata baik, di meja ada 
Nasi pecel, nasi lalapan, cendol, keripik pisang, nasi tiwul, yang merupakan khas makanan basudara jowo. 
" Anggaran yang disediakan untuk menu ini, berasal dari partisipasi anggota paguyuban " ungkap Irawati.
Liputan : La Musa
Editor : Andi Purba
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update