Pengecekan dilakukan mulai dari kondisi benih yang digunakan, media tanam, hingga tahap pertumbuhan tanaman. Petugas lapangan mengevaluasi kualitas tanah, ketersediaan air, serta keberadaan hama atau penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan jagung. Selain itu, perhatian khusus juga diberikan pada jarak tanam dan teknik pemupukan, yang sangat berpengaruh terhadap hasil panen.
Dalam pengecekan ini, tim menemukan bahwa sebagian besar lahan jagung menunjukkan pertumbuhan yang baik, dengan batang yang kuat dan daun yang hijau. Namun, beberapa petani melaporkan adanya serangan hama ulat grayak di lahan mereka. Menanggapi hal tersebut, petugas segera memberikan edukasi terkait penggunaan pestisida nabati dan teknik pengendalian hama terpadu agar tanaman tidak rusak parah.
Selain memeriksa kondisi fisik tanaman, petugas juga mencatat data perkembangan jagung, mulai dari masa tanam hingga perkiraan waktu panen. Data ini penting sebagai dasar untuk merencanakan distribusi hasil panen serta mengantisipasi kebutuhan pangan di masa depan. Kolaborasi antara petani dan penyuluh pertanian juga diperkuat melalui pelatihan dan pendampingan rutin.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Penggunaan pupuk organik dan metode tanam ramah lingkungan mulai diperkenalkan kepada petani sebagai bagian dari strategi pertanian berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis.


