Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Melihat dari Dekat Peran China dalam Pemberdayaan Perempuan di Asia dan Afrika

Rabu, 19 November 2025 | 10:59:00 AM WIB | Last Updated 2025-11-19T03:02:50Z

 

MEDIAINDONESIA.asiaPresiden China Xi Jinping pernah menyampaikan bahwa perempuan adalah pencipta kekayaan material dan spiritual. Mereka juga mewakili kekuatan penting yang mendorong pembangunan serta kemajuan sosial. Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Xi saat memimpin Pertemuan Pemimpin Global tentang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Sabtu (27/9/2015). Pada forum tersebut, ia memaparkan komitmen China untuk memajukan pengembangan kaum perempuan dan kerja sama internasional. Selama satu dekade terakhir, China telah mencapai kemajuan signifikan dalam mendorong pengembangan perempuan secara menyeluruh. Tak terhitung berapa banyak perempuan China yang mengukir prestasi di berbagai bidang serta menyumbangkan kekuatan dan pengetahuan mereka terhadap perdamaian dan pembangunan global.
Pada saat yang sama, China berupaya meningkatkan perlindungan yang lebih baik bagi perempuan dan anak-anak. China juga telah bekerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia untuk memberdayakan perempuan. Mulai dari Asia hingga Afrika, kisah-kisah inspiratif tentang upaya bersama dalam membangun dunia yang lebih baik telah mempercepat kemajuan global dalam pemberdayaan perempuan. Hal ini menunjukkan peran krusial "Xiplomacy" dalam isu gender global.

Pada akhir September 2025, seorang gadis berusia 14 tahun asal Bangladesh bernama Alifa Chin mengunjungi China untuk kali ketiga. Ia mengunjungi berbagai universitas dan bertukar pikiran dengan teman-teman sebayanya dari China untuk mengumpulkan inspirasi dalam mengejar mimpinya. Kisah ikatan Chin dengan China dimulai sejak ia lahir pada 2010. Kala itu, ibunya mengalami persalinan yang sulit akibat masalah jantung yang parah.

Pada saat yang sama, kapal rumah sakit Angkatan Laut China, Peace Ark, sedang berada di Bangladesh sebagai bagian dari misi multinasional untuk memberikan layanan medis gratis kepada masyarakat setempat. Setelah mengetahui keadaan darurat tersebut, dokter-dokter China di kapal itu bergegas mendatangi rumah sakit setempat. Mereka sukses melakukan operasi Caesar pada ibu Chin. Berkat aksi cepat tersebut, ibu dan putrinya berhasil diselamatkan. Sebagai bentuk terima kasih, sang ayah, Anwar Hossen, menamai putrinya "Chin” yang berarti “China” dalam bahasa Bengali. Pada 2017, Chin bertemu dengan seorang dokter perempuan asal China dr Sheng Ruifang yang melakukan operasi penyelamatan tersebut.

Saat mereka berpelukan dengan hangat, gadis kecil itu memanggilnya Chinese mother atau Ibu China dalam bahasa Inggris. Impian untuk menjadi dokter pun mulai tumbuh dalam diri Chin sejak pertemuan itu. Sheng menyemangatinya untuk menggapai mimpi tersebut. "Saya bersedia membagikan semua pengalaman saya kepadamu,” ujar Sheng kepada Chin. Pada 2023, Chin menulis surat kepada Presiden Xi Jinping dan menceritakan ikatan istimewanya dengan China dan mimpinya. Xi menanggapi surat tersebut dan mendorongnya untuk belajar dengan giat agar dapat mewujudkan impiannya. Xi berharap, ia dapat membalas budi kepada keluarganya, berkontribusi kepada masyarakat, serta mengabdi kepada negaranya. Chin membingkai surat dari Xi itu dan memajangnya di mejanya.

Pada akhir September 2025, lebih dari 40 pejabat perempuan dari Pakistan dan Republik Afrika Tengah mengunjungi China. Kunjungan ini merupakan bagian dari lokakarya peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh Pusat Pertukaran dan Kerja Sama Global untuk Pemberdayaan Digital Perempuan yang baru dibentuk. Di kota-kota, seperti Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Yiwu, mereka mempelajari tata kelola tingkat akar rumput di China. Mereka meneliti sejumlah kasus terkait kewirausahaan perempuan, desa digital, dan e-commerce lintas perbatasan.

Kunjungan tersebut membantu mereka memperoleh wawasan langsung tentang cara China memanfaatkan teknologi digital untuk memberdayakan perempuan. 

Hal ini juga turut meningkatkan pengembangan diri perempuan serta kontribusi sosial mereka. Untuk memperdalam kerja sama dalam peningkatan kapasitas perempuan di negara-negara berkembang, China telah memulai lebih dari 100 proyek pelatihan sejak 2018. 

Proyek-proyek ini berfokus pada perempuan dan anak-anak di negara-negara berkembang dan berhasil melatih hampir 4.000 talenta di bidang pemberdayaan perempuan. Selain itu, China telah mendirikan sebuah basis pelatihan global untuk kerja sama dan pertukaran pembinaan perempuan. 

China juga merancang program pemberdayaan yang disesuaikan untuk negara-negara berkembang. Sejumlah pusat pelatihan dan pertukaran kolaboratif telah dibangun dan bekerja sama dengan 15 negara. Dengan memanfaatkan Dana Pembangunan Global dan Kerja Sama Selatan-Selatan (Global Development and South-South Cooperation Fund), China juga telah melaksanakan proyek-proyek yang berfokus pada perempuan di lebih dari 20 negara. 

Total pendanaan untuk proyek-proyek tersebut melebihi 40 juta dollar AS (1 dollar AS = Rp 16.585). Bagi Bokova, salah satu pencapaian China yang paling mengesankan baru-baru ini adalah perempuan-perempuan China mampu "mengikuti gelombang" ekonomi digital. Ia berpendapat, ekonomi digital adalah masa depan yang harus diikuti oleh para perempuan. 

Mantan kepala UNESCO itu juga menambahkan bahwa dukungan untuk pemberdayaan perempuan harus diikuti dengan pembekalan keterampilan digital. “Jika ingin mendukung pemberdayaan perempuan, mereka harus dibekali dengan keterampilan digital agar mereka dapat berpartisipasi secara fleksibel dan penuh dalam ekonomi digital yang terus berkembang,” terang Bokova. 

Ketua Aliansi Bisnis Perempuan BRICS Cabang Brasil Monica Monteiro mengakui bahwa perempuan di negara-negara berkembang masih menghadapi sejumlah hambatan. Namun, digitalisasi dan ekonomi berbasis pengetahuan kini menciptakan peluang serta membuka jalan baru untuk pengembangan perempuan. Monteiro melihat, keberhasilan China mendorong pekerjaan dan kewirausahaan perempuan di sektor teknologi digital memberikan referensi berharga. Hal ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara Global South.



TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update