Jakarta - Mediaindonesia.asia ) kesepakatan tarif ekspor 19% bagi Indonesia ke Amerika perlu mendapat atensi bagi Presiden Prabowo. Selain menurunkan tarif dari 32% ke 19% dengan catatan pembelian produk pertanian senilai 73 T oleh Indonesia. Sabtu 19 Juli 2025
Data dari CNN menyebutkan Indonesia masih bergantung pada komoditas pertanian yang diimpor dari AS. Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA) dalam laporan 2024 United States Agricultural Export Year Book, terdapat beberapa komoditas pertanian utama yang rutin diimpor Indonesia dari AS dalam lima tahun terakhir, di antaranya:
kedelai (US$1,25 miliar),
biji-bijian penyuling (US$278 juta),
bungkil kedelai (US$78 juta),
produk antara lainnya (US$53 juta),
serta olahan pangan (US$48 juta).
“Melihat daftar produk diatas maka kedelai menempati urutan paling besar 1.25 milyar US dollar. Memang produksi dalam negeri jauh dari cukup, kita masih perlu kedelai untuk dalam negeri” papar Riyono, Ketua DPP PKS Bidang Petani, Peternak, dan Nelayan.
Indonesia sebagai negara agraris memang secara produk pertanian masih belum banyak yang bisa swasembada, saat ini baru beras yang kokoh dan berani stop impor.
Menurut Riyono, kesepakatan ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk melihat lebih dalam kebijakan untuk melindungi dan menjaga petani tetap bisa sejahtera. Kebijakan subsidi harus tetap diberikan kepada petani muda, usaha pertanian kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
“Memang gak mudah, akses penuh non tarif Amerika yang pertanian mereka sudah maju ke Indonesia bisa membuat banjir produknya masuk ke Indonesia. Perlu perlindungan lebih kepada petani kita,” tambah Riyono
Bentuk perlindungan yang bisa diberikan mulai level negara sampai kelompok melalui penguatan kebijakan anggaran pertanian minimal 2.5% atau 75 trilyun, penguatan petani muda, beasiswa bagi anak petani, serta jaminan pembelian produk pertanian saat musim panen dan juga asuransi buat gagal panen.
pakan, makanan lainnya, dan makanan ternak (US$261 juta),
produk susu (US$245 juta),
gandum (US$145 juta),
kapas (US$139 juta),
daging sapi dan produk
daging sapi (US$93 juta),