Di tengah derasnya arus informasi dan perubahan
zaman, kita sering lupa bahwa pendidikan sejati tidak dimulai dari ruang kelas, melainkan dari ruang tamu rumah kita sendiri. Sebelum anak
mengenal guru di sekolah, ia telah belajar dari “guru” pertamanya:
ayah dan ibu.
Keluarga adalah sekolah pertama yang tidak pernah mengenal kata
libur. Di dalamnya, akhlak dan adab anak dibentuk bukan hanya melalui nasihat, tetapi melalui teladan yang konsisten. Pendidikan formal di
sekolah memang penting, namun ia hanya akan menjadi penguat dari pondasi yang
telah dibangun di rumah.
Kita boleh saja
mempercayakan pendidikan akademik kepada sekolah, tetapi pendidikan hati dan budi pekerti adalah amanah yang hanya keluarga
mampu jalankan. Sebab, sekolah pertama anak bukanlah gedung megah, melainkan
rumah yang hangat, dan guru pertamanya adalah orang tua yang penuh cinta.
"Sebelum anak mengenal huruf di sekolah, ia
telah membaca akhlak orang tuanya di rumah."
Kalimat ini menggambarkan betapa keluarga
memegang peran sentral dalam membentuk karakter seorang anak. Rumah bukan
sekadar tempat beristirahat, melainkan madrasah pertama yang mengajarkan nilai-nilai
kehidupan. Di sinilah anak belajar sopan santun, kejujuran, rasa hormat, dan empati—bukan dari buku teks, melainkan dari
teladan yang ia lihat setiap hari.
Sayangnya, di era digital, banyak keluarga yang tanpa sadar
menyerahkan peran pendidikannya pada gawai dan media. Anak lebih sering berinteraksi
dengan layar daripada dengan orang tuanya. Padahal, nilai-nilai luhur tidak
bisa diunduh seperti aplikasi; ia harus ditanam, disiram, dan dirawat setiap
hari.
Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga penuh kasih sayang, saling
menghormati, dan menjunjung sopan santun, akan lebih mudah membawa nilai-nilai
tersebut ke dalam pergaulan sosialnya. Sebaliknya, jika keluarga abai terhadap pendidikan akhlak, anak berisiko mencari panutan
dari sumber yang kurang tepat.
Ayo, mulai hari ini kita rawat akhlak anak-anak
kita dari rumah.
Jadilah teladan yang mereka banggakan, agar
kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang santun, berempati, dan bermanfaat bagi
sesama.
Dengan demikian, keluarga bukan sekadar tempat
tinggal, tetapi juga “sekolah kehidupan” yang membentuk pribadi
berakhlak mulia. Tanpa pondasi yang kokoh dari rumah, pendidikan formal sering kali kehilangan pijakan
moral yang kuat.
Kreator : HAIRIAH
