Jakarta – Mediaindonesia.asia ) Kementerian Sosial (Kemensos) menggraduasi 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (17/7). Mereka kini naik kelas menjadi keluarga yang lebih sejahtera, berdaya dan mandiri melalui program pemberdayaan hingga pelatihan keterampilan.
"Yang hadir di sini adalah para penerima
manfaat yang selama ini mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Dan
sekarang mereka sudah dinyatakan lulus untuk tidak lagi perlu mendapatkan
bantuan sosial, tetapi akan beralih ke program-program pemberdayaan, seperti
bantuan modal, bantuan usaha, bantuan bahan baku dan pelatihan-pelatihan yang
mungkin bisa meningkatkan kemampuan usaha dari bapak-ibu sekalian," ujar
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul saat memberikan arahannya
kepada para peserta graduasi seperti dalam keterangan tertulis, Kamis
(17/7/2025).
Gus Ipul mengatakan bansos bersifat sementara.
Sedangkan pemberdayaan bersifat selamanya.
"Bantuan sosial hadir sebagai awal proses
pemberdayaan, bukan akhir perjuangan karena bantuan sosial sementara, berdaya
selamanya," ujar Gus Ipul.
"Bansos adalah tangan yang menangkap, bukan
tali yang mengikat. Ini adalah hak sementara, bukan identitas tetap,"
tambahnya.
Gus Ipul mengungkapkan ada lima kunci graduasi
dari ketergantungan bansos menuju kemenangan. Pertama, jelas dia, para KPM
harus berani memulai hidup mandiri tanpa bergantung dengan bansos. Sebab,
graduasi atau kelulusan ini bukan akhir, melainkan awal keberanian untuk
melangkah keluar dari zona nyaman menerima bansos.
"Jadi ibu-bapak sekalian yang sekarang
graduasi ini sebenarnya sedang menegakkan kepala bahwa kami mampu, kami bisa,
kami tolak bansos, kami berdaya," ujarnya.
Kemudian kunci kedua, yaitu mandiri melangkah. Ia
menyebut, setelah keberanian, maka lahirlah kemandirian.
"Hidup tidak lagi tergantung pada bantuan.
Siap berdiri di atas kaki sendiri dan membuat keputusan penting bagi
keluarga," jelas Gus Ipul.
Selanjutnya kunci graduasi ketiga adalah ruang
baru. Gus Ipul menyampaikan, graduasi membuka ruang bagi diri masing-masing KPM
untuk tumbuh dan bagi orang lain yang menanti giliran menerima bantuan.
"Dengan Anda mandiri, ruang bantuan tersedia
untuk mereka yang lebih membutuhkan. Jadi yang lulus ini pada dasarnya sedekah,
pada dasarnya juga amal ibadah untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang
lebih membutuhkan," katanya.
Kemudian kunci graduasi keempat adalah menjadi
inspirasi. Gus Ipul mengatakan, graduasi bukan hanya kemenangan pribadi.
Melainkan momen ini merupakan cerita inspiratif bagi sesama yang membuktikan
bahwa kemiskinan bukan takdir yang tidak bisa dilawan, tapi fase hidup yang
bisa dilewati.
Kunci terakhir, graduasi adalah narasi baru dari
yang semula mengandalkan bansos menuju kemenangan.
"Anda adalah bukti nyata bahwa nasib bisa
diubah. Saat ini bapak-ibu adalah harapan bagi banyak orang," tegas Gus
Ipul kepada para peserta graduasi.
Dalam acara graduasi ini, Kemensos juga melakukan
penandatanganan nota kesepahaman dengan 16 perguruan di wilayah DIY.
Penandatangan ini menjadi dasar kerja sama dalam menangani kemiskinan melalui
pemberdayaan sosial
"Tentunya kolaborasi ini dalam rangka percepatan
penanganan kemiskinan melalui pemberdayaan sosial," kata Direktur Jenderal
Pemberdayaan Sosial (Dirjen Dayasos) Kemensos, Mira Riyati.
Adapun 16 perguruan tinggi itu adalah UGM, UNY,
UIN Sunan Kalijaga, UPN Veteran Yogyakarta, UMY, UII, Universitas Gunung Kidul,
Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.
Kemudian, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas
Kristen Duta Wacana, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta, Politeknik
Multimedia Yogyakarta, Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta dan
Akademi Pembangunan Masyarakat Desa Yogyakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UGM Prof dr Ova
Emilia berharap penandatanganan nota kesepahaman ini menjadi landasan untuk
memperkuat kontribusi perguruan tinggi terhadap program-program sosial,
khususnya mempercepat penanganan kemiskinan melalui pendekatan ilmiah dan
partisipatif.
"Dan UGM siap dalam waktu dekat ini akan
segera menindaklanjuti bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan
Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat pada khususnya untuk merealisasikan
program percepatan penanganan kemiskinan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
bersama 16 universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta," ungkapnya.
"Semoga dengan sinergi yang telah dibangun
dapat semakin memperkuat pengembangan kapasitas sumber daya manusia di negeri
yang kita cintai," harapnya.
Red**