Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Mendag Budi Santoso Blusukan ke Pasar Pontianak

Jumat, 12 Desember 2025 | 3:00:00 PM WIB | Last Updated 2025-12-13T04:52:30Z

 


KALBAR, MEDIAINDONESIA.asia Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menemukan kenaikan harga cabai yang dijual pedangan di Pasar Flamboyan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (11/12/2025). Harga cabai dijual di kisaran harga Rp 69.000 per kilogram. meroket dari harga normal Rp 36.467.

Penyebab kenaikan bukan karena kekurangan produksi, melainkan cuaca. Hujan deras membuat proses metik agak terlambat.


“Produksi cukup. Hanya proses metik terhambat. Produsen tetap berkomitmen memasok hingga pergantian tahun,” ujar Budi.

Gelombang cuaca ekstrem memang jadi tantangan. Ladang cabai di banyak daerah sibuk mengatur ulang jadwal panen. Petani menyesuaikan pola kerja, agar distribusi tetap lancar.

Budi menegaskan kondisi sejumlah stok kebutuhan lainnya seperti bawang, telur, daging sapi, minyak goreng cukup. Sistem pemantauan SP2KP mencatat fluktuasi harga harian. Lonjakan, penurunan, hingga kejutan pasokan, dapat terbaca cepat.

“Kemarin kami rapat bersama pemerintah daerah seluruh Indonesia. Produsen dan distributor sepakat menjaga suplai. Dari laporan mereka, stok surplus,” Budi menerangkan.

Tidak berlebihan bila pemerintah percaya libur akhir tahun ini tidak akan disertai kepanikan harga.

Usai blusukan ke pasar, Mendag melanjutkan sidak ke ritel modern. Di sana Budi mengecek stok bahan kebutuhan yang tersusun di rak.

“Di sini terdapat 284 produk UMKM yang dijual langsung,” beber Budi.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono sedang mempersiapkan pasar murah di enam kecamatan, untuk melindungi warga dari dampak lonjakan musiman.

“Kita kendalikan inflasi. Pasar murah kita gelar di seluruh kecamatan,” Edi menjelaskan.

Selain itu, suplai barang kebutuhan pokok terus didorong lancar. Distribusi jadi kunci. Kemacetan suplai dapat membuat harga mudah tersentak naik meski stok nasional cukup.

“Kita terus menyuplai agar stok tersedia. Itu paling penting,” tegas Edi.

Seorang pedagang telur, Rasmina (47), mengaku lega karena pasokan tidak tersendat.

Bagi dia, harga stabil bukan semata angka. Itu soal ritme hidup. Ketika harga kacau, pembeli marah, pedagang serba salah. Ketika pasokan telat, ia harus menambah biaya simpan.

Seorang pembeli lain, Junaida, membawa dua kantong sayur. Ia merasa tenang belanja hari itu.

“Bawang turun, daging stabil. Tinggal cabai saja,” ucapnya sambil tersenyum.

Laporan : Titin

Editor : Lisa

Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA setiap bertugas selalu dilengkapi dengan KTA dan SURAT TUGAS, Jika ada yang mengaku Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA tanpa di lengkapi dengan KTA Pers dan SURAT TUGAS segera Laporkan  Ke Pihak Berwajib atau langsung hubungi Redaksi Klik di sini

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update