Sejauh mana pikiran berperan dalam menentukan arti hidup yang kita jalani? Pertanyaan ini menjadi titik awal bagi Rifan Ulhaq dalam bukunya Your Mind Kills, sebuah karya pengembangan diri yang lahir dari kegelisahan penulis di masa transisi remaja menuju dewasa. Ulhaq menyoroti bagaimana pikiran manusia kerap menjadi penghalang terbesar dalam menemukan makna hidup. Pikiran yang berlebihan bahkan dapat membuat seseorang merasa hidupnya "mati", meski secara fisik ia masih terus berjalan.
Fakta yang diangkat dalam buku ini adalah kecenderungan manusia modern yang terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara terlihat hidup di mata orang lain. Banyak orang terjebak dalam pencarian pengakuan, status sosial, atau validasi eksternal, sehingga melupakan esensi hidup itu sendiri. Pikiran yang membatasi justru menjadi "pembunuh" yang menggerogoti semangat dan kebebasan individu. Ulhaq menekankan bahwa hidup bukan sekadar memenuhi ekspektasi sosial, melainkan menemukan arti yang lebih dalam bagi diri sendiri.
Selain itu, buku Your Mind Kills juga menggambarkan gejala umum tentang rasa cemas dan pertanyaan eksistensial yang muncul di malam hari. Adapun pertanyaan seperti "Apa tujuan hidupku?" atau "Apa makna dari perjalanan ini?" menjadi refleksi yang kerap menghantui banyak orang. Oleh karena itu, buku ini hadir sebagai jawaban sekaligus teman bagi pembaca yang sedang mencari arah dan semangat baru. Selanjutnya, dengan pendekatan evaluatif, Ulhaq mengajak pembaca untuk berdamai dengan pikiran mereka dan mulai menjalani hidup dengan lebih benar.
Dalam karya yang ditulisnya, terdapat dorongan bagi pembaca untuk mampu mengatur pikiran mereka agar tidak menjadi hambatan dalam menemukan makna hidup. Penulis juga menekankan pentingnya kesadaran diri ketika menghadapi kecemasan serta pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang kerap muncul. Dengan bahasa yang sederhana, Ulhaq berusaha menuntun pembaca agar lebih jujur dan terbuka terhadap diri sendiri. Upaya ini menjadi pijakan agar manusia tidak terjebak dalam pola pikir yang membatasi kebebasan maupun semangat hidup.
Sebagai bagian dari gagasan tersebut, Ulhaq terlebih dahulu menyoroti fenomena manusia modern yang cenderung terikat pada pencarian pengakuan eksternal. Ia menegaskan bahwa status sosial dan validasi dari orang lain sering kali membuat individu kehilangan jati diri. Pikiran yang terlalu fokus pada citra kehidupan justru dapat menjadi "lawan" yang mereduksi kebebasan pribadi. Melalui refleksi ini, pembaca diajak untuk kembali menekankan perhatian pada esensi kehidupan yang sejati.
Selanjutnya, gagasan tersebut diperkuat dengan penggambaran gejala umum yang berkaitan dengan rasa cemas serta pertanyaan tentang makna hidup. Pertanyaan seperti "Apa tujuan hidup saya?" atau "Apa arti dari perjalanan ini?" menjadi contoh nyata dari pikiran yang kerap mengganggu banyak orang. Ulhaq menghadirkan buku ini sebagai teman untuk merenung bagi mereka yang tengah mencari arah hidup. Dengan pendekatan introspektif, pembaca diajak menerima pikiran mereka dan memulai perjalanan hidup dengan cara yang lebih bermakna.
Salah satu tips yang ditawarkan dengan melatih kesadaran diri untuk mengendalikan pikiran yang berlebihan. Kesadaran diri membantu seseorang mengenali kapan pikiran mulai menjadi penghalang dalam mengemukakan makna hidup. Dengan cara ini, pembaca diajak untuk lebih jujur terhadap diri sendiri dan tidak terjebak dalam ilusi sosial. Upaya ini menjadi langkah awal agar manusia dapat menjalani hidup dengan lebih bebas.
Sebagai langkah pertama dari tips, penulis juga meyakinkan pentingnya mengurangi ketergantungan pada pengakuan eksternal. Banyak orang terjebak dalam pencarian validasi orang lain, sehingga kehilangan jati diri mereka. Ketika pikiran terjebak pada bagaimana hidup terlihat, kebebasan sejati perlahan akan terkikis. Melalui proses refleksi ini, pembaca diminta untuk menajamkan perhatian pada kehidupan yang sesungguhnya.
Langkah berikutnya adalah menghadapi rasa cemas dan pertanyaan mendasar tentang keberadaan dengan sikap penuh perenungan. Pertanyaan seperti "Apa tujuan hidupku? " atau " Apa makna dari perjalanan ini? " sering muncul dan menimbulkan kegelisahan. Buku ini hadir sebagai teman yang membantu pembaca berdamai dengan pikiran tersebut. Dengan pendekatan reflektif, pembaca diajak untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam dan penuh arti.
Oleh: Nasywa Laila Raditha Putri


