Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Tragedi Sumatera: Bangun dari peringatan alam

Selasa, 09 Desember 2025 | 8:10:00 PM WIB | Last Updated 2025-12-09T12:10:00Z

Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda dataran Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November hingga awal Desember 2025 bukan hanya tragedi alam semata dan merupakan salah satu tragedi alam yang paling parah dalam beberapa dekade terakhir. 

Dengan korban jiwa mencapai 961 orang dan ribuan lainnya mengalami luka serta kehilangan tempat tinggal.

Bencana ini bukan hanya menggores duka yang mendalam, peristiwa ini menjadi cermin yang jelas dan membuka mata bangsa akan resiko nyata yang diakibatkan oleh kelalaian manusia dalam menjaga lingkungan dan mitigasi bencana. 

Wajah Sumatera yang dikenal akan kekayaan alam dan keindahan yang asri kini dirundung duka akibat tekanan ekologi dan human error.

Sekaligus menjadi panggilan serius serta tindakan nyata bagi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk melakukan evaluasi mendalam juga untuk mengantisipasi bencana serupa di masa depan. 

Intensitas hujan yang sangat tinggi mencapai 300 mm per hari akibat dari Siklon Tropis Senyar telah memicu luapan sungai dan longsoran tanah di beberapa wilayah di Sumatera. 

Dampak bencana ini sangat parah: ribuan rumah hancur, ratusan jembatan rusak, dan akses transportasi terputus. 

Selain itu, lebih dari satu juta warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman, berjuang ditengah keterbatasan, dan trauma yang mendalam.

Dampak sosial ekonomi yang ditimbulka  sangat besar, dari anak-anak yang kehilangan sekolah sampai petani yang kehilangan lahan produktif.

Pemicu utama bencana ini tidak terlepas dari praktik perusakan lingkungan yang telah berlangsung lama, seperti deforestasi hutan di wilayah hulu, aktivitas pertambangan ilegal, dan kurangnya tata kelola yang berkelanjutan.

Keberadaan Siklon Tropis sebagai faktor alamiah sebenarnya sudah diprediksi oleh BMKG, namun upaya mitigasi dan kesiap siagaan yang dijalankan terbilang lemah da  kurang menyentuh akar masalah, terutama pada daerah kecil yang rentan terhadap bencana. 

Informasi dan peringatan dini yang sifatnya Krusial tidak tersampaikan secara efektif, sehingga banyak warga tidak sempat evakuasi atau bersiap terhadap bencana.

Selain itu, koordinasi dan respons penanganan pascabencana masih menghadapi banyak kendala.

Distribusi bantuan yang lambat, gangguan komunikasi, dan jalan yang putus membuat proses evakuasi dan penyelamatan korban menjadi berat.

Korban yang masih hilang dan ribuan pengungsi menunjukan bahwa dampak bencana ini belum sepenuhnya teratasi dan perlu perhatian serius.

Hal tersebut merupakan pertanda kelemahan dalam sistem manajemen bencana nasional yang perlu segera dibenahi.

Berbagai lembaga dan masyarakat sipil harus turun tangan untuk memperkuat mitigasi bencana kedepannya.

Peran penting komunikasi publik dan edukasi harus dimaksimalkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko bencana dan dan langkah kesiap siagaan.

Penguatan sistem peringatan dini, pembangunan infrastruktur tahan bencana, serta rehabilitasi dan konversi lingkungan yang seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat.

Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan komunitas, akademisi, dan  sektor swasta untuk bekerja sama. 

Tanpa sinergi yang kuat, potensi kebencanaan akan terus mengancam.

Komunikasi efektif melalui media sosial dan kampanye publik dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan mendorong perubahan perilaku yang positif.

Peristiwa memilukan yang menelan hampir seribu korban jiwa ini bukan hanya duka yang harus dihadapi, tapi juga panggilan untuk introspeksi dan aksi nyata.

Banjir bandang dan tanah longsor Sumatera 2025 bukan sekedar fenomena alam yang tidak terhindarkan, melainkan konsekuensi dari tindakan manusia yang harus ubah.

Penanganan bencana yang terintegrasi, perbaikan lingkungan yang berkelanjutan, serta penguatan kesadaran masyarakat adalah kunci agar tragedi ini tidak terulang terus menerus di masa depan.

Sumatera, sebagai bagian vital dari Indonesia, berhak mendapatkan perlindungan  yang lebih baik dari ancaman bencana agar generasi yang akan datang dapat hidup aman dan sejahtera. 

kini saatnya semua pihak bersatu, menempatkan alam dan manusia dalam harmoni dalam keindahan pulau ini tetap lestari tanpa harus dibayar mahal dengan nyawa dan penderitaan.

Oleh : Muhammad Ayala Rizki Edvantara





TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update