JAKARTA, MEDIAINDONESIA.asia - Hasil kolaborasi Yayasan Bina Antarbudaya dan SKK Migas menggelar program pertamanya yaitu, in-person workshop AFS Global Future Leaders Network (GFLN) 2025.
Sebagai usaha untuk memberikan kesempatan pendidikan dengan berbasis energi dan keberlanjutan bagi pelajar di Indonesia.
Saat berdirinya Bina Antarbudaya, program mereka telah mengirimkan lebih dari 4.400 pelajar ke luar negeri dan juga lebih dari 1.800 pelajar asing datang ke Indonesia.
Kali ini, mereka melakukan penggabungan pelajar dalam negeri untuk mengkoneksikan peserta dari antar provinsi.
"Pada saat ini kami melebarkan sayap untuk mengadakan program menggabungkan serta mengkoneksikan peserta antar provinsi," ujar Global Digital Program Specialist, Bina Antarbudaya Fani Salsabila saat sesi diskusi bersama awak Media Jumat 19 Desember 2025.
Pernyataan tersebut memberikan kesempatan bagi siswa dalam negeri untuk mengembangkan soft skill mereka untuk masa depan yang gemilang, serta kesempatan para peserta untuk berkolaborasi dan membangun relasi dengan peserta lintas wilayah.
Peserta yang mengikuti program tersebut mencapai 365 siswa, tetapi yang diterima hanya 55 siswa. dalam kegiatan ini Bina Antarbudaya mengangkat tema utamanya yaitu Innovation and sustainability.
Program dengan peserta sebanyak 55 siswa dari umur 15 sampai 17 tahun tersebut didatangkan dari daerah operasi hulu migas. Seperti, Kepulauan Tanimbar, Kutai Kartanegara, Bojonegoro, Aceh Utara, Lhokseumawe.
Antusias Peserta dalam Kesempatan AFS Untuk Masa Depan
Perwakilan siswi dari SMA 7 Tanjung Jabung Timur, Jambi, Hayana Hafizah membagikan antusiasmenya terhadap kesempatan langka tersebut, ia mengaku sangat senang karena dari banyaknya jumlah yang mendafta, ia salah satu yang lolos.
Hayana menceritakan bagimana pengalaman nya untuk bekal dimasa depannya dengan mengikuti program tersebut, dari beberapa kali kunjungan seperti ke Depo LRT Jakarta, Kantor SKK Migas, dan Musium Nasional,.
Hayana menegaskan seperti punya pandangan kedepannya untuk mimpinya.
Tak hanya bertemu dengan teman baru yang berbeda provinsi, ia juga memanfaatkan kesempatan ini dengan merancang sebuah proyek sosial berbasis teknologi. Bersama dengan kelompoknya, Hayana mengangkat isu pernikahan dini yang marak terjadi di Tanimbar.
"Kami mengangkat program PIK-R yang merujuk ke remaja yang menikah di usia dini. Solusinya, kami membuat suatu web ataupun media digital yang bisa diakses seluruh perempuan dan remaja di Indonesia," jelasnya.
Ia berharap proyek yang disusun timnya ini dapat berjalan baik dan benar-benar diimplementasikan
Hayana adalah salah satu contoh siswi yang menjadi contoh bagaimana program yang dibuat Bina Antarbudaya dan SKK Migas ini adalah langkah menuju masa depan yang cerah dan membuktikan bahwa program pendidikan inklusif sangat penting untuk generasi muda.
Laporan : Mirna
Editor : Riska
Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA setiap bertugas selalu dilengkapi dengan KTA dan SURAT TUGAS, Jika ada yang mengaku Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA tanpa di lengkapi dengan KTA Pers dan SURAT TUGAS segera Laporkan Ke Pihak Berwajib atau langsung hubungi Redaksi Klik di sini

