Jakarta, MEDIAINDONESIA.asia - Psikolog anak dan remaja Sani Budiantini Hermawan menyoroti temuan Densus 88 Antiteror terkait 'memetic violence' di balik kasus ledakan SMAN 72 Jakarta. Terduga pelaku diketahui pelajar di sekolah tersebut.
Istilah ini disebutnya merujuk pada penyebaran bentuk-bentuk kekerasan, tetapi berupa ide atau simbol, tidak sebagai bentuk aksi nyata.
Simbol atau ide tersebut yang kemudian dikemas sebagai tindakan heroik, padahal sebenarnya termasuk kekerasan. Ia penyebut pengemasan seperti ini malah mudah menyebar dan menghasut banyak generasi muda.
"Karena dikemasnya menarik, secara mungkin lucu, misalnya 'dark jokes', secara yang bisa diterima di anak-anak, di generasi sekarang, jadi sepertinya kita melihat bukan kekerasan, padahal sebenarnya justru itulah simbol-simbol kekerasan, simbol-simbol bullying, nyindir, sinism, menurunkan rasa empati, menurunkan rasa kemanusiaan," tuturnya saat dihubungi detikcom Rabu (12/11/2025).
Saat si anak sudah tidak lagi mengedepankan rasa kemanusiaan, Sani menyebut mereka akan dengan mudah melakukan kekerasan. Senang ketika melihat orang lain kesusahan hingga tersakiti.
"Senang menjahati orang, senang melihat orang susah, karena empatinya sudah turun karena dengan kemungkinan pelaku jadi keras di dunia nyata kecenderungannya bisa ada di dunia nyata," pungkasnya
Sebelumnya diberitakan, Densus 88 Antiteror memastikan tidak menemukan aktivitas terorisme yang dilakukan siswa pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta. Aksi peledakan ini digolongkan sebagai memetic violence daring.
"Sampai saat ini tidak ditemukan aktivitas terorisme yang dilakukan ABH (anak berhadapan dengan hukum), jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum, jadi kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah memetic violence daring" ujar PPID Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Mayndra juga menyinggung tulisan-tulisan pada airsoft gun milik siswa pelaku peledakan. Di airsoft gun pelaku, ada tulisan nama-nama tokoh hingga ideologi.
"Dalam senjata airsoft gun di atasnya ditulis berbagai macam nama tokoh, maupun ideologi yang berkembang hampir di beberapa benua, yaitu di Eropa dan Amerika, sekali lagi yang bersangkutan hanya melakukan peniruan saja karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan," tutur Mayndra.
Laporan : Titin
Editor : Lisa


