Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Takut Ditemukan China, AS Ngebut Cari 2 Pesawat Militernya yang Jatuh di Laut China Selatan

Minggu, 23 November 2025 | 4:00:00 PM WIB | Last Updated 2025-11-23T08:00:00Z

USA, MEDIAINDONESIA.asia - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengakui sedang berpacu dengan waktu untuk menemukan dua pesawat militernya yang jatuh di Laut China Selatan hampir sebulan lalu. Upaya ini dilakukan di tengah kekhawatiran Beijing bisa menemukan kedua pesawat militer itu mengingat kedekatan lokasi geografisnya.

Kedua pesawat militer tersebut, helikopter MH-60R Seahawk dan F/A-18F Super Hornet yang sama-sama beroperasi dari kapal induk USS Nimitz jatuh dalam rentang waktu setengah jam pada 26 Oktober. Presiden Donald Trump menduga kecelakaan beruntun itu disebabkan oleh bahan bakar pesawat yang terkontaminasi. Namun, penyebab pasti kecelakaan tersebut masih belum jelas.

"USNS Salvor (T-ARS 52), sebuah kapal penyelamat kelas Safeguard yang dioperasikan oleh Military Sealift Command, sedang berada di lokasi kejadian dan melakukan operasi untuk mendukung upaya pemulihan," ujar Matthew Comer, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS, pada hari Kamis.

Dia tidak memberikan detail lebih lanjut tentang lokasi USNS Salvor, apakah salah satu atau kedua pesawat telah ditemukan, atau pun jadwal pemulihan. Dalam email pada 14 November, Comer memberi tahu bahwa Angkatan Laut AS telah mulai memobilisasi unit-unit yang akan digunakan untuk memverifikasi lokasi dan menemukan pesawat tersebut. 

Menurut situs pelacakan kapal MarineTraffic.com, posisi terbaru USNS Salvor, sejak 9 November, berada tepat di sebelah timur Pulau Palawan, Filipina, di Laut China Selatan. MarineTraffic melaporkan bahwa kapal tersebut meninggalkan Filipina pada 8 November menuju Guam, tetapi belum jelas lokasinya saat ini. 

Mengingat ketegangan dan sengketa wilayah Laut China Selatan serta kedekatan lokasinya dengan China, operasi AS ini sangat mendesak untuk memastikan pesawat-pesawat tersebut, atau komponen-komponennya, tidak jatuh ke tangan China. 

Beijing memiliki aset yang sangat besar di kawasan tersebut, dan banyak yang dapat menangani berbagai upaya pemulihan. Kedalaman Laut China Selatan juga tidak terlalu dalam, sehingga memudahkan operasi pemulihan.

Seperti AS, China memiliki program eksploitasi materiil asing atau FME yang bertujuan memulihkan persenjataan untuk keperluan analisis intelijen dan pengembangan.

Mengutip The War Zone, Jumat (21/11/2025), jet tempur F/A-18E dilengkapi dengan komponen-komponen sensitif, seperti radar pemindai elektronik aktif AN/APG-79, rangkaian peperangan elektronik, peralatan identifikasi kawan atau musuh, dan sistem komunikasi serta berbagi data, serta perangkat lunak yang menjalankan semuanya. 

Armada F/A-18E/F Angkatan Laut yang ada juga telah mengalami upgrade signifikan dalam beberapa tahun terakhir, karena Angkatan Laut berencana untuk terus mengoperasikan jet-jet ini sebagai komponen inti dari sayap udara kapal induknya selama bertahun-tahun mendatang. 

Sedangkan MH-60R adalah helikopter pemburu kapal selam milik Angkatan Laut AS. Ia dilengkapi dengan sensor sensitif, sistem penanggulangan, komunikasi, komputer, dan banyak lagi yang akan sangat menarik bagi musuh asing, terutama pesaing utama Angkatan Laut Amerika, yakni China. 

Lantaran pentingnya peralatan dari dua pesawat militer yang jatuh ke laut itu, Angkatan Laut AS mengirimkan USNS Salvor.

“Keuntungan terbesar Angkatan Laut dengan kami di Salvor adalah kami siap siaga dengan ruang dekompresi di kapal untuk penyelam, dan kami memiliki kemampuan angkat berat,” ujar Kapten Mike Flanagan, seorang pelaut sipil dan nakhoda USNS Salvor. 

“Kapal ini sangat kokoh. Dengan derek angkat 40 ton kami, kami dapat mengangkat benda-benda besar dan berat dari dasar laut," paparnya.

Laporan : Nasir

Editor : Riska

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update