Notification

×

Iklan

Translate

Iklan

Translate

Mengambil Rapor, Mengambil Peran GATI untuk Ayah Indonesia

Selasa, 23 Desember 2025 | 9:03:00 AM WIB | Last Updated 2025-12-23T01:07:36Z

 

Oleh Mawar Nurmaniar Sani

Di banyak sekolah, pemandangan saat pembagian rapor masih terasa timpang. Barisan ibu memenuhi ruang kelas, berdialog dengan wali kelas, mendengarkan evaluasi perkembangan anak. Sementara itu, kehadiran ayah sering kali menjadi pengecualian, bukan kebiasaan. Fenomena ini tampak sepele, namun sesungguhnya menyimpan persoalan besar tentang pembagian peran pengasuhan di Indonesia. Dari sinilah ajakan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) agar seluruh ayah mengambil rapor anak menjadi relevan, penting, dan mendesak.

Mengambil rapor bukan sekadar aktivitas administratif. Ia adalah simbol kehadiran, kepedulian, dan tanggung jawab ayah dalam pendidikan anak. Ketika ayah hadir langsung menerima rapor, mendengar penjelasan guru, dan menanggapi perkembangan akademik maupun karakter anak, pesan kuat tersampaikan: pendidikan anak adalah urusan bersama, bukan beban satu pihak saja.

Ayah dan Pendidikan: Peran yang Sering Terpinggirkan

Budaya patriarki yang masih kuat kerap menempatkan ayah sebagai pencari nafkah utama, sementara urusan sekolah, emosi, dan perkembangan anak diserahkan hampir sepenuhnya kepada ibu. Akibatnya, banyak ayah merasa “cukup” dengan memenuhi kebutuhan materi, tanpa terlibat secara emosional dan intelektual dalam proses tumbuh kembang anak.

Padahal, berbagai pengalaman sosial menunjukkan bahwa keterlibatan ayah berdampak signifikan terhadap kepercayaan diri, kedisiplinan, dan motivasi belajar anak. Anak yang melihat ayahnya hadir di sekolah akan merasa diperhatikan, dihargai, dan didukung. Mengambil rapor menjadi pintu masuk sederhana namun bermakna bagi ayah untuk terlibat lebih jauh.


GATI: Gerakan Kecil dengan Dampak Besar

GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) tidak menuntut hal yang rumit. Ia tidak meminta ayah menjadi sempurna, tidak pula mengharuskan ayah selalu punya waktu luang. GATI hanya mengajak ayah untuk hadir secara sadar dalam momen penting pendidikan anak—salah satunya dengan mengambil rapor.

Jika dilakukan secara masif, gerakan ini dapat mengubah wajah pendidikan keluarga di Indonesia. Bayangkan jika setiap ayah meluangkan waktu khusus untuk datang ke sekolah, berdialog dengan guru, lalu pulang untuk berdiskusi dengan anak tentang hasil belajarnya. Anak tidak hanya menerima nilai, tetapi juga menerima perhatian dan keteladanan.

Lebih dari Nilai Angka

Rapor bukan hanya tentang angka di atas kertas. Di dalamnya ada catatan sikap, kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, dan tanggung jawab. Ketika ayah membaca dan membahas rapor bersama anak, proses ini menjadi ruang dialog yang sehat. Anak belajar bahwa keberhasilan tidak hanya dirayakan, kegagalan pun didampingi.

Di sinilah peran ayah sebagai teladan bekerja. Bukan dengan marah berlebihan atau tuntutan tanpa empati, melainkan dengan sikap dewasa: mendengar, mengarahkan, dan memberi semangat. Sikap ini akan tertanam kuat dalam memori anak dan membentuk karakter mereka di masa depan.

Menjawab Alasan “Tidak Sempat”

Alasan paling umum ketidakhadiran ayah saat pembagian rapor adalah pekerjaan. Namun, satu hari atau bahkan satu jam yang diluangkan dalam satu semester sesungguhnya bukan tuntutan yang berlebihan. Justru, ketidakhadiran yang terus berulang akan membentuk jarak emosional yang sulit diperbaiki di kemudian hari.

GATI mengajak ayah untuk menata ulang prioritas, bukan meninggalkan tanggung jawab kerja, melainkan menyeimbangkannya. Sebab, keberhasilan anak di masa depan bukan hanya ditentukan oleh sekolah yang baik, tetapi juga oleh figur ayah yang hadir dan peduli.

Penutup: Mengambil Rapor, Menguatkan Bangsa

Ajakan seluruh ayah untuk mengambil rapor adalah langkah sederhana dengan makna strategis. Ia bukan sekadar soal datang ke sekolah, tetapi tentang perubahan cara pandang: dari ayah sebagai penonton menjadi ayah sebagai pendamping.

Melalui Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), kita diajak menyadari bahwa membangun generasi unggul dimulai dari keluarga yang utuh perannya. Ketika ayah hadir, anak merasa kuat. Ketika anak kuat, masa depan bangsa pun ikut menguat. Maka, mengambil rapor sesungguhnya adalah cara ayah mengambil peran dalam sejarah kecil namun penting pada kehidupan anak-anak Indonesia.

Kreator : Mawar Nurmaniar Sani


TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update