ACEH, MEDIAINDONESIA.asia - Fatimah (53) menceritakan hari-hari sulitnya usai banjir dan longsor menerjang perkampungan di Kabupaten Aceh Tengah. Setelah bencana terjadi, situasi begitu kacau. Bahkan untuk sekadar mendapat sesuap makanan pun sangat sulit.
Dia bercerit. Jangankan memikirkan lauk dan pauk. Segenggam beras pun tak tersedia untuk dimasak. Beruntung ada seseorang yang memberinya labu. Bagi Fatimah, bantuan tangan-tangan baik menjadi sebuah harapan terakhir.
"Enggak ada lagi beras. Cuma itu, buah labu dikasih orang kemarin," kata Fatimah. Kamis (18/12/2025).
Ekonomi Keluarga Ikut Terdampak Bencana tapi Tak Pernah Dapat Bantuan
Fatimah memang bukan korban langsung dari bencana banjir dan longsor beberapa waktu lalu. Tempat tinggalnya relatif aman. Namun ekonominya yang pas-pasan kian sulit karena kondisi sekitarnya porak poranda. Ditambah lagi, bantuan yang ada masih berfokus pada korban terdampak langsung bencana.
Dia menghuni sepetak rumah sewa di Kampung Simpang Kelaping, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah. Tetapi mengacu identitasnya, Fatimah terdaftar sebagai warga Kampung Gelelungi, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah.
Sehari-hari Fatimah tinggal bersama satu putrinya. Sejak bencana melanda, mereka hanya bisa mengonsumsi labu seirit mungkin untuk tetap bertahan hidup. Bahkan, beras pemerintah yang didistribusikan masing-masing desa tak kunjung diterima sejak tiga pekan lalu pascakejadian.
"Belum pernah dapat bantuan," ujarnya.
Fatimah merupakan potret warga kurang mampu di Aceh Tengah yang turut didera kondisi krisis pascabencana banjir dan tanah longsor. Dia memikul dampak serius dari terhentinya roda ekonomi daerah.
Laporan : Ali
Editor : Riska
Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA setiap bertugas selalu dilengkapi dengan KTA dan SURAT TUGAS, Jika ada yang mengaku Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA tanpa di lengkapi dengan KTA Pers dan SURAT TUGAS segera Laporkan Ke Pihak Berwajib atau langsung hubungi Redaksi Klik di sini

