Ketidaknyamanan siswa di kelas merupakan salah satu kendala pembelajaran yang sebenarnya punya dampak cukup serius, tapi sering kali dianggap sepele oleh banyak pihak. Padahal, proses belajar bukan cuma soal guru menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, tetapi juga bagaimana kondisi psikologis, fisik, dan sosial siswa bisa mendukung proses tersebut. Ketika siswa merasa nggak nyaman, otomatis fokus mereka jadi terpecah. Mereka mungkin hadir secara fisik di kelas, tapi secara mental sudah "keluar ruangan" karena suasananya tidak mendukung. Misalnya, ruang kelas yang terlalu panas, ventilasi buruk, atau kursi yang tidak ergonomis bisa membuat siswa cepat lelah dan sulit berkonsentrasi. Hal ini sering terjadi di banyak sekolah atau kampus, dan meskipun tampak sederhana, tapi efeknya langsung terasa pada kemampuan siswa menyerap informasi.
Selain ketidaknyamanan fisik, faktor emosional dan sosial juga memegang peranan penting. Banyak siswa merasa cemas atau takut untuk bertanya karena khawatir dianggap bodoh oleh teman-temannya atau bahkan oleh guru. Ada juga siswa yang merasa terintimidasi oleh suasana kelas yang terlalu kompetitif, di mana hanya siswa "pintar" yang terlihat menonjol. Kondisi ini bikin sebagian siswa memilih diam, padahal mereka butuh penjelasan lebih. Ketidaknyamanan emosional ini juga bisa muncul akibat hubungan antar siswa yang kurang harmonis, misalnya adanya perundungan kecil, rasa tidak diterima dalam kelompok, atau tekanan dari guru yang terlalu perfeksionis. Pada akhirnya, pembelajaran jadi tidak merata dan tidak inklusif, karena hanya siswa yang sudah nyaman saja yang bisa berkembang optimal.
Pada akhirnya, kenyamanan siswa bukan hal sepele, tapi merupakan fondasi penting dalam proses belajar. Tanpa kenyamanan, sulit bagi siswa untuk berkembang secara maksimal, karena belajar bukan hanya tentang menerima informasi, tetapi juga tentang bagaimana mereka memproses dan mengolahnya. Lingkungan belajar yang nyaman akan mendorong siswa lebih aktif, lebih percaya diri, dan lebih termotivasi. Karena itu, memperhatikan aspek kenyamanan ini seharusnya jadi prioritas dalam dunia pendidikan, terutama jika kita ingin menciptakan generasi yang bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga sehat secara mental dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Oleh Salsabilla Fitria Afriyadi


