Pertanian merupakan sektor penting dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi petani skala kecil yang menggantumgkan hidup dari hasil panen. Namun Keberhasilan bercocok tanam tidak selalu berjalan mulus. salah satu tantangan nyata yang dihadapi petani adalah pancaroba pada tanaman.
Memasuki
penghujung tahun 2025 para petani cabai di Bula Barat, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Provinsi Maluku, kembali dihadapkan pada musuh bebuyutan
yang sulit diprediksi musim pancaroba transisi cuaca yang
ekstrem – Mulai dari panas terik yang menyengat hingga hujan lebat tiba –
tiba, bukan sekadar Fenomena alam biasa, melainkan ancaman nyata bagi
keberlangsungan ekonomi lokal yang sangat tergantung pada sektor
hortikultular.
Dilema
Cuaca dan Hama
Pancaroba di bulan Desember ini membawa tantangan ganda pada tanaman cabai, baik cabai keriting maupun cabai rawit, pancaroba sering menimbulkan masalah serius melalui serangan hama Thrips dan Penyakit atau virus Patek.
Hama
Thrips
adalah jenis serangga kecil yang menghisap sari daun dan bunga pada
cabai, akibatnya daun dan buah menjadi keriting bercak perak, dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
Virus Patek adalah penyakit yang disebabkan oleh virus sering di tularkan oleh kutu daun. Gejalah utama daun mengecil, keriting, pertumbuhan buah terhambat dan buah menjadi kecil dan tidak normal.
Dampak dari perusak ini tidak hanya mengurangi
jumlah penen, tetapi juga memengaruhi ekonomi petani yang sangat
tergantung pada hasil cabai. yaitu:
Buah menjadi
keriting dan kecil
Produksi menurun
Kualitas panen buruk
Stabillitas
Harga dan Inflasi
Cabai
Keriting dan cabai rawit tetap menjadi komoditas
Strategi
yang kerap memicu inflasi di Bula Barat, Kegagalan pancaroba di tingkat
lokal akibat cuaca ekstrem secara otomatis akan mengurangi pasokan
pasar yang berujung pada lonjakan harga.
Adaptasi
Sebagai Kunci
Menghadapi tantangan ini diperlukan strategi beradaptasi yang efektif, petani di Bula Barat dapat menerapkan beberapa pendekatan mitigasi :
·
Perbaikan Tata kelola air yaitu pembuatan
bedengan yang lebih tinggi dan sistem drainase yang baik
penting untuk menghindari genangan air saat hujan deras.
·
Sanitasi dan penggunaan mulsa untuk menjaga
kebersihan lahan dan penggunaan plastik mulsa dapat membantu
mengendalikan gulma, menjaga kelembapan tanah yang stabil,
dan mengurangi penyebaran penyakit dari tanah ke
tanaman.
· Penggunaan Fungisida dan Insektisida terukur sebagai pengendalian kimiawi yang terencana, seperti penyemprotan insektisida sebelum tanam untuk mengendalikan vektor virus dapat membantu menekan populasi hama.
Metode tradisional dalam menghadapi perubahan iklim yang kian ekstrem. Adaptasi melalui teknologi pertanian sederhana, seperti penggunaan mulsa untuk menjaga kelembapan tanah atau pengaturan sistem irigrasi yang lebih baik, menjadi keharusan. Selain itu keterlibatan aktif penyuluh pertanian sangat krusial untuk memberikan edukasi mengenai pola tanam yang tepat di masa transisi ini.
Fenomena ini seharusnya menjadi peringatan bagi semua pihak baik petani maupun pemerintah,
petani perlu di bekali pengetahuan dan keterampilan dalam
pengendalian hama dan penyakit dengan cara yang ramah
lingkungan, misalnya menggunakan pestisida nabati, rotasi tanaman, atau penerapan budidaya sehat.
Dan dampak musim pancaroba terhadap tanaman cabai di Bula Barat adalah masalah teknis pertanian, tetapi juga masalah ketahanan ekonomi masyarakat setempat. Gagal panen akibat cuaca ekstrem dapat menyebabkan
pasokan cabai di pasar lokal berkurang.
Kreator : Muhammad Amrudin
Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini
