JAWA BARAT, MEDIAINDONESIA.asia - Ratusan warga Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, mulai mengalami gangguan kecemasan dan terpapar penyakit setelah empat hari bertahan di lokasi pengungsian. Abrasi Sungai Cidadap yang meluas sejak Senin, 15 Desember 2025 lalu telah menghancurkan puluhan rumah dan memaksa warga hidup dalam ketidakpastian.
Pihak Puskesmas Simpenan yang menerjunkan layanan klinik keliling (mobile clinic) mencatat adanya penurunan kondisi kesehatan pada para penyintas. Hingga saat ini, ditemukan 85 pengungsi yang mulai mengidap penyakit.
Dokter Puskesmas Simpenan, Egi Iswanto, mengungkapkan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi keluhan yang paling banyak ditemukan. Selain faktor cuaca, kondisi psikologis pengungsi juga mempengaruhi kesehatan fisik mereka.
"ISPA atau infeksi saluran nafas kemungkinan sebelumnya sudah ada, tapi kebanyakan juga karena cemas ketakutan, jadi jantung berdebar. Itu sih wajar," jelas Egi kepada wartawan, Senin (22/12/2025).
Egi menyarankan agar para pengungsi berusaha menjaga ketenangan pikiran, agar tidak memicu penyakit komplikasi lainnya.
"Sebetulnya itu harus tenang, jangan banyak pikiran. Kalau misalkan berlarut-larut, takutnya nanti ada penyakit lain, misalkan ada lambungnya nanti parah lagi. Hari ini 85 orang rata-rata semuanya ISPA, ada yang gejala maag juga, cuman kebanyakan ISPA," jelas dia.
Di lokasi pengungsian, warga masih sangat membutuhkan bantuan logistik. Minimnya alas tidur dan menipisnya stok bahan makanan menjadi kendala utama bagi ratusan warga untuk bertahan hidup di pengungsian sementara ini.
Rumah Terbawa Banjir
Sedikitnya ada 473 warga dari lima kampung di Desa Cidadap masih mengungsi di bangunan SDN Kawungluwuk. Banjir bandang menyebabkan 46 rumah ambruk terbawa arus sungai, sementara 76 rumah lainnya dalam kondisi terancam.
Salah satu pengungsi, Sunensih (48), tak kuasa menahan tangis saat menceritakan rumahnya yang hilang ditelan arus. Hunian yang dihuni bersama suami dan tiga anaknya kini telah rata dengan tanah.
Dia mengaku sangat terpukul karena selain kehilangan harta benda, ia juga memikirkan kondisi keluarga besarnya.
"Ibu saya lagi sakit, saya jadi kepikiran gimana ya. Seharusnya saya yang ngurus ibu saya, tapi saya nggak bisa kondisinya begini karena bencana ini," ujar Sunensih sambil menangis,
Ia menambahkan, bahwa hancurnya rumah tersebut terjadi sangat cepat.
"Sudah empat hari dari Kampung Sawah Tengah. Kondisi rumahnya sekarang sudah nggak ada, hancur hanyut kena air sungai Cidadap. Barang-barang ada yang bisa dibawa sebagian, sebagian lagi nggak bisa dibawa jadi hanyut," tuturnya pilu.
Laporan : Suryana
Editor : Lisa
Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA setiap bertugas selalu dilengkapi dengan KTA dan SURAT TUGAS, Jika ada yang mengaku Wartawan MEDIA INDONESIA ASIA tanpa di lengkapi dengan KTA Pers dan SURAT TUGAS segera Laporkan Ke Pihak Berwajib atau langsung hubungi Redaksi Klik di sini

